Cabor Berprestasi dapat Anggaran Nol Rupiah, Anggota DPRD Jeane Laluyan Geram

Berita Utama, DPRD1071 Dilihat

Jeane Laluyan

MANADO KOMENTAR-Kritik keras mewarnai pembahasan anggaran hibah olahraga di DPRD Sulawesi Utara. Anggota DPRD Sulut, Jeane Laluyan, menegaskan bahwa pemerintah provinsi telah abai terhadap cabang olahraga yang justru mengharumkan nama daerah.

“Seharusnya TAPD sudah mampu menilai cabang olahraga mana yang layak menerima dana hibah. Saya berbicara secara umum, tetapi saya tahu persis bahwa untuk olahraga tinju, dana hibah yang diberikan nol rupiah,” tegas Jeane dalam rapat bersama TAPD dan Banggar di Ruang Paripurna, Selasa (25/11/2025).

Ia menyoroti ketidakadilan yang mencolok. Pada PON Aceh–Medan, cabang tinju berhasil masuk lima besar dengan torehan tiga emas dan dua perak—prestasi tertinggi dibanding cabang olahraga lain. Namun, apresiasi pemerintah terhadap pencapaian tersebut justru bernilai 0,00 rupiah.

“Bagaimana atlet bisa terus berlatih tanpa dukungan? Bagaimana mereka membeli peralatan dan memenuhi kebutuhan pembinaan? Bentuk apresiasi pemerintah provinsi itu apa?” ujar politisi PDI Perjuangan ini dengan nada kecewa.

Jeane mengusulkan agar dana hibah dibagi secara proporsional bagi cabang olahraga yang meraih medali emas dan perak, sehingga penghargaan terhadap prestasi benar-benar nyata, bukan sekadar slogan.

Sebelumnya, Ketua DPRD Sulut Fransiskus Andi Silangen juga menyoroti perbedaan mencolok antara anggaran untuk Portina (Persatuan Olahraga Tradisional Indonesia) yang hampir mencapai seratus juta rupiah, sementara Pertina (Persatuan Tinju Amatir Indonesia) justru menerima nol rupiah. Perdebatan sempat memanas ketika dugaan salah tulis muncul, namun ditegaskan bahwa Portina memang ada dan mendapat alokasi besar.

Sekprov Sulut, Thalis Galang, akhirnya menanggapi langsung kritik Jeane Laluyan. Ia berjanji akan mengoordinasikan kembali dengan Dinas Pemuda dan Olahraga. “Atlet yang berprestasi memang harus mendapatkan apresiasi dari pemerintah provinsi,” ujarnya.

Sebagai bentuk penghargaan, Thalis menyebut pemerintah telah menyiapkan tambahan perlindungan BPJS Ketenagakerjaan bagi 2.500 insan olahraga yang mengharumkan nama Sulut. Namun, bagi Jeane Laluyan, inti persoalan tetap sama: prestasi emas tidak boleh dibalas dengan anggaran kosong.

Sorotan Jeane Laluyan menjadi alarm keras bagi pemerintah provinsi. Prestasi para petinju Sulut yang telah mengibarkan nama daerah di kancah nasional, tidak seharusnya diperlakukan dengan angka nol dalam anggaran. Kini publik menunggu, apakah kritik tajam ini akan benar-benar membuka mata pemerintah untuk menempatkan olahraga berprestasi pada posisi yang layak.

Joppy Senduk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *