James Bastian Tuwo, Dari Tanah Minahasa ke Samarinda, Kisah Cinta, Pengabdian, dan Kesuksesan

Berita Utama, Profil3173 Dilihat

Dr (HC). James Tuwo. SH. MBA

KOMENTAR.CO.ID-Disebuah rumah di kawasan elit Pondok Surya Indah kota Samarinda, seorang pria duduk tenang bersama istrinya Martha Fedrika Feibe Mirah. Raut wajahnya mulai nampak tua dan lelah, namun sorot matanya tetap tajam, penuh semangat. Ia adalah lelaki bernama lengkap Dr (HC). James Bastian Tuwo, SH., MBA, seorang pengusaha tambang, mantan legislator, dan pengacara yang dikenal luas bukan hanya karena prestasinya, tetapi karena ketulusan hatinya.

Ia adalah satu diantara begitu banyak warga kawanua yang sukses di tanah rantau. Tetapi bibalik kesuksesan seorang pria, berdiri sosok wanita yang menjadi sumber kekuatan dan ketenangan. Begitulah kisah hidup Dr.(HC). James Bastian Tuwo, SH., MBA, seorang putra Minahasa Selatan yang menorehkan jejak gemilang di tanah rantau, Kalimantan Timur.

Ia lahir di Manado pada 10 Juli 1962, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, James tumbuh dalam keluarga sederhana yang menjunjung tinggi nilai kerja keras dan iman.

Setelah menamatkan pendidikan di SD Negeri 1 Amurang kemudian SMP Amurang, dan SMA PGRI 1 Tomohon, James memutuskan untuk merantau ke Samarinda. Ia meninggalkan kampung halamannya di Desa Suluun dengan tekad bulat, mencari kehidupan yang lebih baik, berbekal keyakinan bahwa Tuhan akan membuka jalan bagi mereka yang bersungguh hati.

“Langkah pertamanya di tanah rantau bukanlah mencari pekerjaan, melainkan mencari tempat ibadah. Ia bergabung dengan Gereja Oikumene dan aktif beribadah, meyakini bahwa kedekatan dengan Tuhan adalah fondasi utama dalam membangun masa depan. Dari sinilah ia mulai dikenal oleh komunitas Kawanua di Samarinda dan Balikpapan, yang kemudian membuka jalan baginya untuk bekerja di perusahaan pertambangan”

Tak butuh waktu lama, James menunjukkan dedikasi dan integritas tinggi dalam dunia tambang. Ia dipercaya menjadi suplier BBM untuk proyek besar di Pulau Makakam, dan dari sana, kariernya sebagai pengusaha mulai menanjak. Namun, kesuksesan bisnis tak membuatnya lupa pada panggilan sosial. Ia terjun ke dunia politik melalui Partai Krisna Kristen Nasional dan terpilih sebagai anggota DPRD Kalimantan Timur pada 1999.

Sebagai anggota Badan Anggaran DPRD, James dikenal sebagai wakil rakyat yang tidak hanya memperjuangkan hak-hak umat Kristen, tetapi juga membela kepentingan semua golongan. Ia tak segan menggunakan dana pribadi untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, karena baginya, jabatan adalah amanah dari rakyat, bukan sekadar prestise.

Lima tahun kemudian, ia kembali terpilih melalui Partai Demokrat dengan suara yang lebih besar. Sosoknya yang rendah hati dan penuh kepedulian membuatnya dicintai oleh masyarakat Kalimantan Timur, meski ia bukan putra daerah.

Ditengah kesibukannya sebagai legislator, James menyelesaikan studi hukum di Universitas Widya Gama dan meraih gelar Sarjana Hukum pada 2008.

Setelah sepuluh tahun mengabdi di parlemen, James memilih kembali ke dunia usaha dan mendirikan PT. Berkat Prima Kaltim. Ia juga menekuni profesi sebagai pengacara, dan dalam banyak kasus, ia membantu masyarakat tanpa meminta bayaran. Bahkan, ia sering memberikan bantuan finansial kepada klien yang menang perkara, sebagai wujud kasih yang tulus.

Namun, di balik semua pencapaian itu, James selalu menegaskan bahwa ada satu sosok yang menjadi penopang utama hidupnya, sang istri, Martha Fedrik Feibe Mirah.

Mereka bertemu di tempat ibadah, dan dari pertemuan yang sederhana itu tumbuh cinta yang mendalam. Mereka menikah di GMIM Syalom Amurang pada tahun 1987 dan dikaruniai tiga anak, Christa Olivia Tuwo, Marcho Oliver Tuwo, dan Jhoudy Oliviano Tuwo.

Martha bukan hanya pendamping hidup, tetapi juga sahabat, penasihat, dan penyemangat. Ia mendukung James sejak awal kariernya, bahkan ketika James memutuskan terjun ke dunia politik, Martha sempat ragu. Namun setelah berdiskusi dan berdoa bersama, ia memberikan restu dan terus mendoakan suaminya agar tetap berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

“Saya bukan siapa-siapa tanpa dia,” ujar James dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca. “Kemanapun saya pergi, saya ingin dia mendampingi saya. Kehadirannya membuat saya tenang dan kuat.”

“Kisah James Tuwo adalah bukti bahwa kesuksesan bukan hanya soal kerja keras, tetapi juga tentang cinta, iman, dan ketulusan. Ditanah rantau, ia membuktikan bahwa asal-usul bukan penghalang untuk memberi dampak besar. Dan di balik semua itu, berdiri seorang istri hebat yang menjadi cahaya dalam setiap langkahnya”

Yang lebih manarik, James Tuwo yang
sekian tahun menorehkan jejak sebagai pengusaha dan advokat yang berdedikasi, ia kembali dipanggil untuk mengabdi lewat jalur politik.

Kali ini, Partai Gerindra secara resmi meminang sosok pejuang tanah rantau asal Minahasa Selatan itu untuk bersama, kembali memperjuangkan hak masyarakat.

James bukan nama asing di kancah legislatif Kaltim. Pengalamannya sebagai anggota DPRD selama dua periode, ditambah kiprahnya dalam dunia hukum dan sosial, menjadikannya figur yang dipercaya mampu membawa aspirasi masyarakat dengan integritas dan ketulusan.

Ditengah dinamika politik yang terus berubah, kehadiran James di Partai Gerindra membawa angin segar di kanca politik Kalimantan timur, ia tak hanya paham birokrasi, tetapi juga dekat dengan akar rumput.

Dengan dukungan penuh dari sang istri, Martha Fedrik Feibe Mira, yang selama ini menjadi penopang utama perjuangannya, James siap melangkah kembali ke parlemen. Bagi James, pencalonan ini bukan sekadar ambisi pribadi, melainkan panggilan untuk kembali melayani dan memperjuangkan keadilan bagi semua lapisan masyarakat Kalimantan Timur.

Ia lalu bercerita tentang ketiga anak mereka yang tidak bersama sama. Ketiganya telah mendapat pasangan hidup masing masing, dan tinggal di rumah mereka di Jakarta.

Diusia yang matang, James masih aktif menyelesaikan berbagai perkara hukum, termasuk sengketa tanah di Manado dan Minahasa, dengan semangat yang tak pernah padam.

Tak hanya aktif dalam dunia hukum dan politik, James juga dikenal sebagai tokoh masyarakat yang memegang peran penting dalam menjaga solidaritas dan budaya tanah Minahasa di tanah rantau. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Kerukunan Keluarga Kawanua Kalimantan Timur, sebuah organisasi yang menjadi wadah pemersatu warga Sulawesi Utara di Kalimantan Timur. Di bawah kepemimpinannya, organisasi tersebut berkembang menjadi ruang silaturahmi, advokasi sosial, dan pelestarian budaya.

Dedikasinya terhadap nilai-nilai kebudayaan dan persatuan Minahasa tak berhenti di situ. Pada tahun 2025, James dipercaya untuk memimpin Minahasa Raya sebagai Ketua periode 2025–2030. Jabatan ini bukan sekadar simbol, melainkan bentuk nyata dari komitmen James untuk terus memperjuangkan identitas dan kepentingan masyarakat Minahasa di perantauan, sekaligus menjembatani hubungan antara tanah asal dan tanah pengabdian.

Dengan rekam jejak yang panjang dan penuh makna, James Bastian Tuwo, SH., MBA, bukan hanya seorang pengusaha, legislator, dan pengacara. Ia adalah simbol ketekunan, kasih, dan pengabdian lintas bidang. Sosok yang membuktikan bahwa keberhasilan sejati adalah ketika seseorang mampu memberi arti bagi banyak orang, tanpa kehilangan akar dan nilai-nilai yang membentuknya.

“Kini, James dan istri tercinta Martha, menetap di Perumahan elit “Pondok Surya Indah”, Kota Samarinda. Meski sesekali pulang ke Amurang untuk bertemu keluarga, namun mereka telah menjadikan Samarinda sebagai rumah dan ladang pengabdian untuk menuju masa tua dengan tetap giat beribadah kepada Tuhan”

Joppy Senduk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *