Jeritan Petani Nilam Desa Tompaso Baru, Berharap Gubernur YSK Intervensi Sehingga ada Keberpihakan dan Keadilan Harga

MINSEL KOMENTAR- Di tengah hamparan hijau perkebunan nilam yang menjadi sumber penghidupan ratusan petani, kini terselip keprihatinan dan ketidakpastian.

Harga minyak nilam yang sebelumnya bertahan di angka Rp1,7 juta per kilogram, tiba-tiba anjlok drastis hingga Rp700 ribu per kilogram.

Penurunan yang tidak wajar ini telah memicu gelombang keresahan di kalangan petani, terutama di Desa Tompaso Baru, Kabupaten Minahasa Selatan.

Harapan yang Hancur di Tengah Panen Besar

Bagi para petani nilam, menanam dan merawat tanaman ini bukan sekadar profesi, tetapi juga harapan bagi masa depan keluarga mereka. Namun, ketidakstabilan harga yang diduga kuat akibat permainan para oknum pedagang telah membuat mereka merugi secara besar-besaran.

“Kami bekerja keras, merawat tanaman hingga panen, tetapi saat panen besar tiba, harga malah turun tidak masuk akal. Kami seperti terus dimainkan, seakan usaha kami tak pernah dihargai,”keluh seorang petani setempat yang enggan disebutkan namanya.

Banyak petani di Tompaso Baru kini mulai kehilangan harapan. Beberapa bahkan berpikir untuk berhenti menanam nilam karena mereka merasa terus mengalami kerugian dan tidak memiliki perlindungan terhadap gejolak harga yang dipengaruhi pihak-pihak tertentu.

Permintaan kepada Pemerintah khusus Gubernur Sulut Yulius Selvanus untuk Bertindak

Para petani di Minahasa Selatan, khususnya di Tompaso Baru, menyerukan intervensi pemerintah dalam hal ini Gubernur pilihan rakyat Sulawesi Utara Yulius Selvanus. SE, agar ikut turun tangan mengawasi tata niaga minyak nilam. Mereka berharap ada regulasi dan sistem pengawasan yang lebih ketat agar permainan harga oleh para pedagang tidak lagi menjadi ancaman bagi kesejahteraan petani.

“Kami tidak meminta lebih, hanya keadilan. Jika pemerintah bisa menjamin harga yang wajar dan melindungi kami dari permainan pasar, maka kami tetap akan bertani. Tetapi jika terus seperti ini, kami tidak tahu harus berbuat apa lagi,”ujar seorang petani dengan nada getir Minggu (26/04/2025).

Kondisi ini menjadi alarm bagi pemangku kebijakan di daerah dan pusat untuk segera turun tangan. Nilam, yang selama ini menjadi salah satu komoditas unggulan di Sulawesi Utara, tidak boleh dibiarkan mengalami kemunduran hanya karena ketidakadilan harga di tingkat petani.

Dengan kebijakan yang tepat dan regulasi yang berpihak pada petani, harapan masih bisa dikembalikan. Saatnya pemerintah mendengar suara hati para petani nilam sebelum semuanya terlambat.

JOppySEnduk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *