Terobosan Penelitian Unhan RI Ungkap Bahaya Rip Current di Pantai Drini

Berita Utama, Nasional2563 Dilihat

Kol.Laut. Dr. Gentio Harsono

SEMARANG KOMENTAR-Sebuah terobosan penting dalam dunia keselamatan wisata pantai berhasil dicapai oleh Tim Peneliti Dosen Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI).

Dipimpin oleh Kolonel Laut Dr Gentio Harsono dari Fakultas Strategi Pertahanan, tim ini sukses mengidentifikasi anatomi permukaan arus balik laut atau Rip Current di kawasan wisata Pantai Drini, Gunungkidul Yogyakarta, dimana fenomena ini kerap menjadi ancaman tersembunyi bagi pengunjung pantai.

Penelitian ini menjadi sorotan setelah insiden tragis pada Selasa (28/01/2025), ketika 13 pelajar SMP terseret arus saat berenang. Tiga di antaranya ditemukan meninggal dunia di hari yang sama, dan satu korban lainnya menyusul sehari kemudian.

“Kejadian seperti ini bukan yang pertama, tetapi sering kali terjadi di pantai selatan Jawa, terutama saat liburan sekolah. Ini menegaskan urgensi mitigasi risiko dan edukasi keselamatan bagi wisatawan,” ujar Kolonel Laut Dr Gentio.

Dalam upaya mengungkap karakteristik Rip Current, tim peneliti yang juga terdiri dari Dr Martinus Dwi Nugroho dan Dr Haposan Simatupang memanfaatkan teknologi canggih seperti Optical Flow untuk memetakan pola arus laut yang menjauhi garis pantai, serta algoritma You Only Look Once (YOLO) versi 8 untuk mendeteksi keberadaan pengunjung dan anatomi arus itu sendiri.

Hasilnya menunjukkan bahwa Rip Current memiliki ciri khas berupa gelombang tenang di antara dua zona ombak pecah, dengan arus kuat yang mengalir menjauhi pantai secara vertikal dan menembus zona selancar.

Untuk mendukung observasi, dua kamera resolusi tinggi ditempatkan di titik strategis, dan validasi dilakukan dengan pelampung merah berbendera yang dipantau melalui rekaman video.

Kombinasi teknik ini menghasilkan identifikasi Rip Current dengan tingkat presisi hingga 95% (mAP: 0,95), menunjukkan bahwa bentuk arus cenderung melebar saat air pasang dan menyempit saat air surut, dengan kecepatan arus mencapai 0,3–0,5 m/s pada poros utama.

Sayangnya, waktu surut laut yang terjadi antara pukul 06.00–08.00 WIB sering dimanfaatkan wisatawan untuk bermain di area yang lebih dalam, tanpa menyadari potensi bahaya yang mengintai. Padahal, larangan berenang telah disampaikan berulang kali oleh petugas Satlinmas Rescue Istimewa Yogyakarta.

Dengan hasil penelitian ini, Kolonel Laut Dr Gentio berharap teknologi yang dikembangkan dapat menjadi sistem peringatan dini berbasis real-time untuk mencegah jatuhnya korban jiwa di masa mendatang. “Kami ingin temuan ini menjadi solusi nyata dalam meningkatkan keselamatan wisatawan di pantai-pantai Indonesia,” tutupnya.

Baks

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *