MANADO KOMENTAR-Pria Kaum Bapa GMIM sebagai kepala keluarga diharapkan turut memikirkan pergumulan keuangan organisasi gereja yang bermarkas di Kota Tomohon.
Pasalnya, total dana sentralisasi 1063 jemaat per bulan selama ini, baru menyentuh sekira Rp10,5 M, padahal pembiayaan menembus angka Rp12,3 M. Artinya tekor atau tombok Rp1,8 M per bulan.
“Saya berharap, kita semua membahas program untuk ditindaklanjuti. Bukan hanya narasi-narasi tanpa adanya program,” kata Ketua BPMS GMIM Pdt Hein Arina Thd saat berkhotbah di rapat konsultasi P/KB GMIM baru-baru ini seperti dilansir dari mabadopost.id.
BPMS mencatat, baru satu dua jemaat yang memberikan sentralisasi sebesar 35 persen dari anggaran belanja jemaat ke sinode. Umumnya atau 90 persen lebih jemaat belum mencapai target 35 persen.
Catatan perbendaharaan BPMS GMIM, jika semua jemaat telah mengirimkan 35 persen sentralisasi ke sinode, maka akan terkolek Rp23 M, pembiayaan Rp12,3 M, sehingga ada surplus.
Nah. Jika ada surplus Rp10 M lebih setiap bulan, GMIM akan bisa me-manage dan mengembangkan pendidikan, kesehatan dll.
Dijelaskan, sekarang ini sentralisasi jemaat ke sinode lebih banyak dikembalikan ke jemaat dalam bentuk gaji pendeta. Sisanya untuk mensubsidi jemaat kecil.
“Contoh ada jemaat memberikan sentralisasi hanya sebesar Rp300 ribu sebulan. Dan jauh lebih besar gaji pendeta yang diberikan sinode ke jemaat itu. Selisihnya diambil dari mana, ya dari sentralisasi jemaat yang lain,” katanya lagi.
Begitupun BPMS GMIM juga masih harus memberikan dana pensiun kepada pendeta emiritus yang berbanderol Rp1,35 M per bulan, semuanya diambil dari sentralisasi.
Itu sebabnya mulai 2023 ini stop dan yang akan pensiun diarahkan mengikuti program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
“DPLK ini bisa diatur, apakah diambil per bulan. Atau sekaligus. Bisa juga setengahnya diambil lebih dulu, dan setengahnya lagi diambil setiap bulan,” tambahnya.
Pdt Arina beberapa kali menekankan pentingnya peran P/KB GMIM di jemaat, sehingga bisa menjawab tantangan BPMS sekarang ini.
“Singkirkan mental memperkeruh jemaat. Sebab orang-orang yang berpikiran negatif, hidup mereka tak punya ketenangan. Karena semua akan disangka buruk. Hidup paling enak adalah berprasangka baik. Positif thinking,” katanya lagi.
Itu sebabnya Pdt Arina berharap Komisi P/KB GMIM, dari sinode hingga jemaat, punya metode counseling. “Tenangkan hati jemaat,” katanya seraya mengimbau Cintailah GMIM.
Pnt Steven Kandou, Wagub Sulut mengatakan saat Konas PGI baru-baru ini, GMIM banyak dikagumi. Baik aset maupun SDM.
“Sertifikasi aset penting dilakukan. Sehingga seiring dengan itu, neraca keuangan GMIM akan lebih baik. Dan GMIM bisa melakukan pinjaman sebagai modal untuk berkembang dan bisa menyelesaikan beragam masalah keuangan,” katanya.
Pnt Tommy W mengusulkan, sentralisasi wilayah sekarang ini diarahkan ke sentralisasi sinode. “Jemaat tetap melakukan sentralisasi ke wilayah. Tapi jemaat yang belum mencapai 35% ke sinode, sentralisasi wilayahnya diteruskan ke sinode dulu,” katanya.
Setelah itu, lanjut Pnt Tommy, perbendaharaan sinode mengumumkan ke seluruh BPMW tentang berapa persentase sentralisasi sinode dari jemaat–jemaat.
Dan harus menjadi target setiap Ketua BPMJ di bawah koordinasi Ketua BPMW untuk mencapai target 35%.
“Setiap Ketua BPMJ dan Ketua BPMW punya KPI atau key performance indicator yakni sentralisasi 35%,” katanya lagi.
Nantinya di jemaat–jemaat, semua akan berkreasi dan berinovasi menopang pelayanan sinode GMIM.(tim)