PANIKI BARUKOMENTAR-Senin(31/01/2022) Pemerintah Desa Paniki Baru, menggelar Ibadah syukur Tulude dan kunci tahun bertempat di Aula kantor Desa Paniki Baru.
Ibadah syukur yang dipimpin Pendeta Yobel Nelwan. S.Th itu, berlangsung khusuk dan dihadiri oleh Hukum Tua Desa Lenda Mokalu, tokoh masyarakat Welly Maliku, Christian Papendang, Bu Makaganti, para pelayan khusus Pnt. Drs Djoni Wilar, Pnt. Drs Hanny Kumontoy, Ketua Komisi P/KB Pnt. Joppy Senduk, Wakil Ketua Komisi Edy Cun Lape, Maxi Sumanti para perangkat Desa, tokoh Nusa Utara serta undangan lainnya.
Pdt. Yobel Nelwan S.Th
Ibadah syukur Tulude itu, diwarnai dengan atraksi dari orkestra yang dipimpin oleh tokoh masyarakat Ferdinan Bawengan serta koordinator rukun Sangihe Welky Maliku.
Hukum Tua Desa Paniki Baru Lenda Sandra Mokalu dalam sambutannya mengatakan, Perayaan Tulude yang sudah berusia 597 tahun diharapkan menjadi momentum untuk mempersatukan suku Nusa Utara sekaligus menjadi contoh untuk terciptanya kerukunan di Desa Paniki Baru.
Dia juga berujar bahwa dimasa pandemi covid-19 masyarakat diminta tetap menghormati protokol kesehatan.”Warga Nusa Utara harus menjadi contoh yang baik dalam menjalankan protokol kesehatan. Harus mencintai perbedaan antar sesama suku supaya kita hidup rukun dan damai di Desa Paniki Baru yang sama-sama kita cintai,”ungkap Mokalu dihadapan para undangan.
Sementara itu Koordinator Rukun Welly Maliku mengatakan, kegiatan Tulude dilaksanakan dengan cara sederhana dengan mengundang para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Desa Paniki Baru.
Welly Maliku
Menurut Maliku, jika mengikuti upacara Tulude yang sebenarnya, maka yang harus dilakukan adalah tiga ritual adat yakni kakumbaede (kata-kata adat), Menahulending Mengundang Banua yang artinya mendoakan agar daerah kita jauh dari marabahaya, dan Menahulending Tembonangnge artinya mendoakan agar Kepala Daerah kalau ditingkat Kabupaten, Kepala Desa serta jajarannya agar dapat bekerja dengan baik untuk dapat melayani masyarakat dan ketiga Pemotongan Kue Adat Tamo.
“Memang perayaan tahun ini dibuat sesederhana karena situasi saat ini dimana bencana non alam yakni covid-19 sedang melanda seluruh dunia termausk di Desa kami. Dan kesan saya sebagai koordinator rukun, pada perayaan tulude kali ini sangat hikmah dan luar biasa meski tamu undangan dibatasi,” ungkap Maliku di sela-sela perayaan Tulude.
Sementara itu, Ferdinan Bawengan selaku penggagas kegiatan menjelaskan, rencana perayaan Tulude di Desa Paniki Baru termasuk boleh terbilang terburu buru karena baru direncanakan pada tanggal 27 januari lalu. Namun kata dia, lewat niat dan semangat dari rekan-rekan, perayaan Tulude sekaligus kunci tahun baru dapat dilaksanakan dan berjalan dengan baik.
“Tulude artinya makan Ubi dengan Dabu-dabu atau rica. Nah perayaan dimaksud adalah bagaimana jika sebelumnya torang makan Ubi dengan rica, bisa kita tingkatkan dengan mulai makan ubi dengan ikan,”jelasnya.
Disisi lain kata Bawengan, Tulude memang harus dilaksanakan oleh masyarakat Nusa Utara sebab Tulude adalah upacara adat tahunan yang diwariskan para leluhur masyarakat Nusa Utara (kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro).”Jadi ada kebanggan tersendiri ketika kita sebagai warga Desa mampu menggelar kegiatan Tulude dengan mengundang warga Desa,”jelas Bawengan yang tidak lain adalah suami dari Kepala Desa Paniki Baru Lenda Bawengan.
Ferdinan Bawengan
Dikesempatan itu, Dia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda yang telah memenuhi undangan.”Terima kasih atas dukungan semua pihak hingga Ibadah Syukur Tulude yang ke-397 dapat terlaksana dengan baik,”tandasnya.
Christian Papendang
Ditempat yang sama, Tokoh pemuda Christ Papendang menyambut baik pelaksanaan Ibadah Syukur Tulude.”Sebagai pemuda asal Nusa Utara, saya memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang telah menggagas kegiatan ini sehingga bisa terlaksana dengan baik,”ujar Christ yang diketahui adalah salahsatu pengacara terbaik di Manado.
Kegiatan Ibadah syukur Tulude itu, diakhiri dengan tarian masamper oleh warga Desa Paniki Baru dari berbagai suku. Hal itu juga menggambarkan kerukunan antar umat beragama termasuk antar suku di Desa Paniki Baru.
Dari panatau wartawan komentar.co.id, Ibadah syukur Tulude di Desa Paniki Baru berlangsung dengan baik dan tetap mengedepankan protokol kesehatan mennggunakan masker mencuci tangan, kecuali sedang makan.
Joppy Senduk