Bawang Putih |
SULUT KOMENTAR. Menyikapi gejolak harga Bawang Putih yang merangkak naik sejak sepekan ini, maka pemerintah segerah melakukan antisipasi dengan melakukan Rapat Terbatas (RATAS) antar Kementrian terkait.
Permintaan ini disampaikan, Yunus Dukuh, salah satu pengumpul ( penyalur) Bawang Putih di Kota Manado. Karena akhir-akhir ini komoditi Bawang Putih mulai mengalami kenaikan harga hingga 100 % akibat keterbatasan stock ditingkat importir di P. Jawa.
Lanjut Daeng Yunus, (sapaan akrabnya), akibat stock ditingkat importir yang diprediksi hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumen hingga 2 Bulan kedepan, maka Pemerintah segerah ambil langkah cepat sebelum krisis Bawang Putih meresahkan masyarakat terutama disektor Industri Kuliner yang tidak bisa terlepas dengan komoditi Bawang Putih.
Diakuinya, saat ini pihak Importir Bawang Putih telah melakukan penjatahan kepada penyalur ditiap Propinsi di Indonesia agar semua daerah terpenuhi. Dicontohkan, biasa disuplay sesuai permintaan 100 Ton tetapi saat ini hanya dikasih 50 Ton saja.
Selain Quantity berkurang, harga ditingkat Importir juga mengalami kenaikan, ini dampak dari hukum ekonomi dimana harga naik disaat barang dipasar kurang. Maka otomatis pihaknya juga harus menyesuaikan harga.
Terpantau dipasar Bersehati Kota Manado (4/2-2020), harga Bawang Putih eceran telah menyentuh Rp. 50.000,- /Kg. yang sebelumnya berada pada Rp. 36 s/d Rp. 40 Ribu Per Kg. Sementara harga ditingkat penyalur Rp. 850 Ribu /karung @20 Kg.
Sebagai pedagang, menurut Daeng Yunus, pihaknya hanya mengikuti harga dari atas yang ditetapkan importir. Jika barang tidak ada, maka sendirinya tidak ada yang akan dijual ke masyarakat. Maka Pemerintah Pusat harus secepatnya mengambil langkah, lebih cepat lebih baik, tegas Yunus.
Jika larangan import Bawang Putih dari Cina akibat Virus Corona, maka Pemerintah harus cari alternatif negara penghasil Bawang Putih. Namun, kata Daeng Yunus, dengan syarat kwalitas harus sama dengan Bawang Putih dari Cina. Karena walau barang ada tapi kwalitas buruk maka konsumen engan membelinya, sehingga pedaganglah yang rugi.
Ronny Erungan, Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulawesi Utara, mengaku terkejut atas fenomena kenaikan harga Bawang Putih yang telah menyentuh Rp. 50 Ribu /Kg.
Selama ini , menurut Ronny, yang dikhawatirkan sebagai penyumbang inflasi di Sulut adalah Cabe rawit dan Tomat. Tetapi, ternyata Bawang Putih akan masuk penyumbang inflasi di daerah ini. Pihaknya akan turun langsung kepada pengumpul Bawang Putih di Kota Manado untuk memantau ketersediaan stock Bawang Putih.(jansen)