MANADO KOMENTAR-Ditengah dinamika sosial yang semakin kompleks, Kota Manado kembali menegaskan komitmennya sebagai kota toleran dan multikultural melalui agenda strategis Forum Pembauran Kebangsaan (FPK).
Menjelang akhir Oktober 2025, FPK Kota Manado akan menggelar Rapat Koordinasi yang bertujuan memperkuat harmoni antar etnis di wilayah ibu kota Provinsi Sulawesi Utara tersebut.
Ketua FPK Kota Manado, Pnt. Brian Waleleng SH, MH, didampingi Wakil Ketua Kiki Wangkar, menyampaikan bahwa pembauran etnis dari berbagai latar belakang budaya yang hidup berdampingan di Manado menjadi fokus utama dalam rapat tersebut. Menurutnya, kerukunan bukanlah sesuatu yang terjadi secara otomatis, melainkan harus dijaga secara intensif dan berkelanjutan.
“Manado adalah rumah bagi beragam etnis dan agama. Toleransi bukan hanya slogan, tetapi harus menjadi praktik hidup sehari-hari. Kita tidak boleh membiarkan perbedaan menjadi sekat, justru harus menjadikannya kekuatan,” tegas Brian Waleleng.
Lanjut kata Waleleng, Rapat Koordinasi FPK ini akan membahas langkah-langkah konkret untuk memperkuat pembauran kebangsaan, termasuk edukasi lintas komunitas, penguatan nilai-nilai kebhinekaan, serta sinergi antara tokoh masyarakat, pemuda, dan pemerintah daerah. FPK juga mendorong agar setiap warga Manado, tanpa memandang asal-usul, merasa memiliki ruang yang aman dan setara dalam kehidupan sosial.
“Kerukunan etnis adalah fondasi stabilitas sosial. Jika kita rawat bersama, maka Manado akan terus menjadi contoh kota yang damai dan inklusif,” tambah Waleleng.
Dengan sejarah panjang sebagai kota yang terbuka dan plural ungkap Waleleng, Manado memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga warisan kerukunan yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya. Melalui forum seperti FPK, diharapkan lahir kebijakan dan gerakan sosial yang memperkuat solidaritas antarwarga.
Sementara Kiki Wangkar menjaskan , Rapat Koordinasi FPK akhir Oktober nanti bukan sekadar agenda rutin, melainkan panggilan untuk memperkuat simpul-simpul kebangsaan di tengah masyarakat yang majemuk. “Di saat banyak kota menghadapi tantangan intoleransi, Manado memilih untuk berdiri tegak sebagai simbol persatuan dalam keberagaman,”tutup Wangkar.
Joppy Senduk







