TOMOHON KOMENTAR – Polemik perolehan suara pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Pragib) dalam Pilpres di Kota Tomohon menjadi sorotan. Meskipun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendominasi Pileg dengan perolehan 21 ribu suara, Pragib berhasil meraup hingga 51.375 suara. Fenomena ini menarik perhatian dan menimbulkan berbagai pendapat dari tim kampanye calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon.
Jhoni Marthen Kreysen, Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Tomohon, angkat bicara mengenai hal ini. Menurut Kreysen, data hasil Pileg dan Pilpres di Tomohon memberikan gambaran jelas tentang dinamika politik di kota ini. Ia menjelaskan bahwa suara yang diraih oleh Pragib tidak hanya datang dari koalisi partai pendukung, namun juga dari masyarakat yang sebelumnya memilih PDIP dalam Pileg.
Hasil Pileg Koalisi KIM (Koalisi Indonesia Maju), Partai Gerindra 8.059 suara, Partai Golkar 16.105 suara, Partai Demokrat 2.070 suara, PSI 272 suara, PAN 78 suara, PBB 50 suara. Total suara partai pendukung Pragib (KIM) 26.634 suara
Namun, Prabowo-Gibran mendapatkan total 51.375 suara di Pilpres, dengan selisih 24.740 suara yang datang dari luar koalisi KIM.
“Ini adalah suara ‘Golden Voice,’ sebuah keberkahan yang datang tanpa kampanye besar, tanpa sentuhan langsung. Sebagian besar suara ini berasal dari mereka yang memilih PDIP di Pileg, tetapi memilih Prabowo-Gibran di Pilpres,” ungkap Kreysen.
Ia menekankan bahwa suara ini mencerminkan pilihan murni rakyat Tomohon yang memilih Prabowo-Gibran tanpa dipengaruhi oleh bantuan logistik atau politik uang. “Kami sangat menghargai perbedaan pilihan politik. Namun, kami juga ingin mengapresiasi 24.740 suara rakyat Tomohon yang dengan kesadaran penuh mendukung Prabowo-Gibran. Ini adalah suara rakyat yang bersih dan jernih,” tutup Kreysen, yang juga merupakan purnawirawan Polri.