Partai Golkar dan Demokrat Tinggalkan Gerindra di Pilkada Sulut: Dinamika Baru Menuju Pilgub 2024

SULAWESI UTARA26 Dilihat


TOMOHON KOMENTAR – Keputusan Partai Golkar dan Partai Demokrat untuk memasangkan Ely Lasut dan Michaela Paruntu dalam Pilkada Sulut baru-baru ini, tampaknya menjadi sorotan. Pada pandangan pertama, langkah ini terlihat biasa dan wajar. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, keputusan ini menimbulkan dampak yang kurang etis dalam dunia politik Sulawesi Utara (Sulut). Minggu (21/07)

Beberapa bulan lalu, koalisi kuat telah dibangun oleh partai-partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) dengan tambahan Partai Nasdem. Kepergian Golkar dan Demokrat secara sepihak tanpa memberi tahu Partai Gerindra, yang memegang mandat utama dari KIM, mencoreng fatsun politik di Sulut. Kondisi ini meninggalkan Partai Gerindra dalam kesendirian di lingkungan KIM di Sulut. Secara politis, situasi ini menyulitkan posisi Partai Gerindra, yang kini dipimpin oleh Mayjen (Purn) Julius Silvanus Komaling (YSK).

Menurut seorang pengamat politik, “Langkah yang diambil oleh Partai Golkar dan Demokrat menunjukkan adanya dinamika internal dan strategi yang lebih kompleks dari yang terlihat di permukaan. Ini bisa menjadi ujian besar bagi Gerindra dalam mempertahankan pengaruhnya di Sulut.”

Dengan ruang gerak yang terbatas, YSK harus menghadapi tantangan awal dalam menghadapi arus politik di Sulut. Meski baru saja ditunjuk sebagai Ketua DPD Gerindra Sulut, YSK diyakini memiliki kemampuan untuk menangani masalah ini.

Perlu diingat, PDI Perjuangan dan Nasdem keduanya merupakan partai di luar KIM. Nasdem adalah pendukung Anies Baswedan, sementara PDIP mendukung Ganjar Pranowo. Saat ini, Partai Gerindra memiliki opsi untuk berkoalisi dengan Partai PDI Perjuangan dan Partai Nasdem dalam menghadapi Pilgub 2024. Ada dua pendekatan yang bisa dilakukan untuk membangun koalisi: pertama, memastikan koalisi tersebut memiliki minimal 9 kursi untuk sah di daftarkan ke KPU; kedua, membangun koalisi yang kuat untuk mencapai kemenangan.

YSK diharapkan mampu merangkul PDIP dan Nasdem untuk menciptakan kontestasi pilkada yang seru pada 27 November 2024. Keputusan strategis ini perlu dipertimbangkan dengan matang dan hati-hati untuk memastikan kemenangan di Pilgub Sulut mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *