MAKALISUNG KOMENTAR-Dalam keheningan malam yang syahdu, langit Makalisung seakan turut berduka, seiring telah berpulangnya Almarhum “Lansye Senduk”, seorang pribadi yang hangat dan penuh kasih, sosok yang kehadirannya selalu membawa ketenangan dan senyum ramah bagi siapa pun yang mengenalnya.
Pada tanggal 26 September 2025, di usia 72 tahun 6 bulan 20 hari, Bapak Almarhum Lansye Senduk menghembuskan napas terakhirnya di RSU Tondano.
Ia lahir pada 6 Februari 1953 di Desa Makalisung, dari pasangan Jonas M Senduk dan Adeleida Polii, sebagai anak ketiga dari delapan bersaudara. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai pribadi yang rendah hati, penuh dedikasi, dan tak pernah lelah melayani.
Almarhum menikah dengan Ibu Olhana Senduk pada 10 Desember 1976, dan dikaruniai keluarga besar yang menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaannya. Ia memiliki lima anak, Stefry, Steven, Stela (almh), Yefni, dan Meivi, serta 13 cucu dan 1 cicit yang menjadi warisan cinta dan nilai-nilai kehidupan yang ia tanamkan.
Dalam pengabdiannya kepada masyarakat dan gereja, almarhum pernah menjabat sebagai,
- Linmas Desa Makalisung
- Kepala Jaga 3 Desa Makalisung
- Ketua Kaum Pria GPDI Makalisung
- Wakil Tua-Tua GPDI Makalisung
- Dan hingga akhir hayatnya, sebagai Bendahara Kaum Pria
Dedikasi beliau bukan hanya tercatat dalam jabatan, tetapi dalam setiap langkah kecil yang ia ambil untuk melayani sesama dengan tulus.
Kepergian Almarhum Lansye Senduk meninggalkan ruang kosong yang dalam di hati keluarga, sahabat, dan masyarakat yang pernah disentuh oleh kebaikannya. Namun kenangan akan senyumnya, semangat pelayanannya, dan kasih yang ia tebarkan akan terus hidup dalam sanubari kami.
Selamat jalan, Suamilu tersayang Lansye Senduk. Perjalananmu telah usai di dunia, namun warisan kasihmu akan terus tumbuh di bumi dan bersinar di surga. Sampai kita bertemu kembali dalam kemuliaan yang kekal,”ungkap istri tercinta Olhana Senduk.
Selamat Jalan, Papa Tersayang
Kepada media ini, Anak teŕtua bernama Steven Senduk, tak mampu menyembunyikan rasa sedinya. Ia mengaku tak menduga akan secepat itu kehilangan Papa.
“Tak pernah terlintas dalam benakku bahwa panggilan terakhir itu akan datang saat aku jauh darimu. Saat dunia seakan berjalan seperti biasa di Bandung, aku tak tahu bahwa waktu kita telah habis. Bahwa detik-detik terakhirmu di dunia ini berlalu tanpa aku di sisimu. Ketika kabar itu datang, rasanya seperti bumi berhenti berputar. Nafasku tercekat, tubuhku lemas. Aku berlari pulang, berharap semua itu hanya mimpi buruk. Tapi saat aku tiba di kampung, yang kutemui hanyalah keheningan. Papa… engkau telah terbujur kaku, tak lagi menyambutku dengan senyum hangatmu.
Aku berdiri di sampingmu, menggenggam tanganmu yang dingin, berharap keajaiban terjadi. Tapi Tuhan telah memanggilmu pulang. Dan aku hanya bisa menangis dalam diam, menyesali waktu yang tak bisa kuputar kembali.
Maafkan aku, Papa…
Maaf karena aku tak ada di sana saat engkau menutup mata. Maaf karena pelukan terakhir itu tak sempat aku berikan. Tapi izinkan aku menyampaikan ini sekarang.
Terima kasih untuk cinta yang tak pernah habis. Untuk nasihatmu yang kini menjadi penuntun hidupku. Untuk setiap doa yang kau panjatkan diam-diam demi anak-anakmu.
Selamat jalan, Papa…
Beristirahatlah dalam damai di rumah Bapa di Sorga. Aku akan terus mengenangmu, mencintaimu, dan berusaha menjadi anak yang kau banggakan. Sampai kita bertemu lagi di keabadian,”ungkap Steven dengan tangisan tak berbatas.
Joppy Senduk













