OLLY DONDOKAMBEY, SEBUAH REFLEKSI

 

Oleh Iverdixon Tinungki

MANADO KOMENTAR – Politik tak selamanya kotor, penuh muslihat dan beranak intrik. Politik lahir dari kerendahan hati untuk melayani rakyat dan membela yang lemah. Di situ, harga diri politisi diuji. Di situ, karakter politisi diasah — Mahatma Gandhi.

Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Demikian pada suatu sore di awal September 2020. Hujan baru saja usai, dan bebunga di halaman rumah saya nampak berseri. Naldy Laoming, seorang kawan dari sebuah Rumah Produksi mendatangi saya.  Kawan ini ingin mendiskusikan sisi-sisi humanis ketokohan Olly Dondokambey untuk bahan citraan mereka. Dari diskusi yang berlangsung asyik itulah kemudian saya tergelitik meramu tulisan ini.

Pemimpin ideal yang saya bayangkan sejatinya tak lain yaitu, seseorang yang tak membiarkan ada airmata melepuh di bilik-bilik rumah. Tak membiarkan ratap kesusahan terjengkang di pinggir-pinggir jalan. Selagi pagi ia akan menerebos segala peluang. membangun, berkarya, berbagi, bersedeka, maka sewaktu senja hidupnya bermakna amanah, di mana  doa, taqwa, jeri lelah telah menjelma akhlak mulai. Hal ini disebut Niccolo Machiavelli sebagai roh moralitas seorang pemimpin. Dan Olly, sangat kuat merefleksikan sisi ini!

Itu sebabnya, impresi pertama dan terutama bila saya merumuskan Olly Dondokambey dalam satu kalimat pendek yaitu: “Hidupnya bukan menunggu, bertanya dan banyak bicara, tapi gegas melangkah”. 

Bila Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) diandaikan sebuah ruang kafe, maka tempat duduk saya terlalu jauh jaraknya dari meja tempat Olly Dondokambey ngobrol bersama para sejawatnya. Meski cerita mereka nampak ramai, yang sampai hanya kabar samar-samar ke telinga saya. 

Namun setidaknya,  dari gestiknya, saya bisa menerka, ia sejatinya sosok pemimpin yang ramah.  Seseorang yang dalam detak hidupnya selalu mengedepankan nilai dan kedudukan manusia.

 

Bacaan saya tentang kiprah dia adalah seorang politisi yang boleh dikata berhasil memobilisasi seluruh sumber daya partai yang dipimpinnya untuk menjangkau konstituen. Ia memiliki apa yang disebut Niccolo Machiavelli sebagai roh moralitas itu. Ia juga dapat dikategorikan sebagai pemimpin yang konsisten dan pantang menyerah menjalankan nilai-nilai intrinsik ideologi yang dipegangnya yaitu terus menyalakan semangat rakyat yang berjuang. Dan, di tangan Olly, politik tak selamanya kotor.

Bisa jadi bagi Olly, hidup adalah tentang melangkah, mengukir sejarah, karena yang mulia dari manusia adalah daya hidup saling menghidupkan. Bila yang satu berai, yang lainnya tercerai. Bila yang satu lalai, yang lainnya terabai.

Di atas bentangan alam Sulawesi Utara yang indah, laut yang menggeriapkan ikan, tanah menyuguhkan rayanya berkah, kadang kita lupa dan alpa bahwa hidup adalah kurnia. Dan dalam banyak kesempatan Olly secara impresif selalu mengajak semua pihak untuk belajar meninggalkan yang usang, semangat yang retak, kebersamaan yang boyak, karena hidup bukan menunggu, bertanya dan banyak bicara, tapi gegas melangkah.

Definisi politik telah ditafsir kedalam banyak ragam. Goenawan Mohamad pernah menulis, politik itu janji petai-hampa, senyum yang diperhitungkan, salam yang dicari efeknya, rangkulan yang tak ikhlas. Politik itu bujukan, tipuan, ancaman, juga suap.

Tapi Olly, sedikit dari politisi yang menjadikan politik sebagai jalan membangun kebaikan,  berselancar dalam nilai dan makna luhur res publica sebagai negasi dari bentuk kekuasaan yang hanya diperuntukkan untuk kepentingan satu individu atau satu klas.

Di Sulut, Olly boleh dikata baru masuk ruang perbincangan publik politik pada 2004, semenjak ia lolos ke DPR RI periode 2004-2009 lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan  menjadi anggota Komisi XI. Satu tahun kemudian diangkat menjabat Wakil Ketua Komisi XI. Sejak itu, politik bagi lelaki Kelahiran Manado, 18 November 1961 ini terkuat seakan jalan raya bebas hambatan. Dengan bekal 237.620 suara yang diraupnya, ia kembali terpilih untuk periode 2009-2014. Duduk di Komisi XI dan dipercaya menjadi Wakil Ketua Badan Anggaran.

Pada posisi strategis itulah Olly Dondokambey bagai cabang kuat pada sebuah pohon kehidupan bagi Sulawesi Utara untuk meraih cipratan anggaran pembangunan pemerintah pusat. Gelontoran dana pun mengalir lancar, dan provinsi di timur ini mendapatkan geliat bangkit, dan rakyat Sulut membincangkan kepeduliannya. 

Di  Lenteng Agung, tepian selatan Jakarta, kapasitas Olly mulai tercium. Sejak 2009, Ia dipercaya menjadi Bendahara Fraksi PDI Perjuangan. Setahun kemudian, dia menduduki jabatan strategis, sebagai Bendahara Umum DPP PDIP. Pada Kongres ke-IV PDIP di Bali, April 2015, Ia kembali menjabat Bendahara Umum PDIP untuk periode 2015-2020 mendampingi Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum dan Hasto Kristianto sebagai Sekretaris Umum. Dan Olly,  satu-satunya kader PDIP di Indonesia yang menjabat Ketua DPD sekaligus petinggi DPP.

Sejak menjabat Ketua DPD I PDIP Sulut pada tahun 2012, dengan modal elektabilitas yang relatif tinggi, pada Pilgub 2015, Olly Dondokambey- yang berpasangan dengan Steven Kandow tampil sebagai pemenang dengan meraup 51,47 persen suara. Dengan sedemikian besarnya harapan rakyat kian bergelantung padanya sebagai pemimpin daerah. 

Jumat, 4 September 2020. Dengan bersepeda, pasangan PDIP, Olly Dondokambey dan Steven Kandouw mendatang  Kantor KPU Sulut. Ketika itu pukul 10.01 WITA, mereka adalah perdaftar pertama untuk kesertaan pada Pilgub Desember 2020.

Di beberapa rumah kopi di Manado sontak ODSK menjadi topik utama perbincangan pengunjung. Mereka sekonyong-konyong mau menimbang track record pasangan yang ingin kujuluki sebagai sang ‘banteng kekar’ di timur Indonesia ini.

Bagi saya, titik menarik dari track record ODSK secara makro yaitu kinerjanya menunjukan progres positif. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara  dari tahun 2016 hingga tahun 2019 di atas 6% atau berada  di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Mereka juga berhasil menurunkan angka kemiskinan sampai akhir tahun 2019, menjadi 7,51%. ODSK juga mampu meningkatkan dan mempertahankan IPM di daerah ini, dari angka 71,05 di tahun 2016 menjadi 72,20 pada tahun 2019.  Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan, terlebih Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang sudah di atas 100%. Intervensi pasar yang mereka lakukan memicu harga kopra saat ini naik dari Rp.5000/Kg menjadi Rp.8000/Kg. Selebihnya, bahkan sudah menjadi pengetahuan umum masyarakat  di mana ODSK berhasil membangun berbagai infrastruktur strategis di daerah ini yang sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi rakyat.

Namun mengkaji peluang kemenangan ODSK pada Pilgub 2020, setidaknya perlu bercermin pada peta kuatan raihan PDIP pada pada Pemilu legislatif 2019. PDIP Sulut yang dinahkodai Olly ketika itu memperlihatkan diri sebagai partai politik yang sukses membangun kekuatan pada tiap daerah di Provinsi Sulawesi Utara. 

Indikatornya nampak pada hasil menakjubkan yang diraih Si Moncong Putih di DPRD Sulut dengan mengoleksi 18 kursi, atau lebih banyak 5 kursi dibanding periode sebelumnya. Artinya bila dirata-ratakan, mereka merebut 3 kursi dari 6 daerah pemilihan (Dapil) di Sulut. Pasar suara partai berwarna merah ini juga meningkat lumayan drastis pada 6 Dapil. Berdasarkan data-data yang di-publish Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulut, bisa diketahui salah satu kunci sukses PDIP adalah pada kepiawaian Olly memasang line-up calon legislatif.

Apabila data Pilcaleg aras provinsi ini dijadikan  pijakan awal untuk menilai kapasitas Parpol yang akan berkontestasi di Pilkada Gubernur-Wagub Sulut yang akan dihelat Desember nanti, maka sudah dapat dibayangkan gambaran kekuatan Olly Dondokambey- Steven Kandouw  ketika mencalonkan diri saat ini.

Namun saya lebih ingin merefleksikan Olly dengan membayangkan  filsafat politik Soekarno, yaitu pribadi dengan kecemerlangan   visi, integritas,  serta kehangatan. (Sumber Barta1.com)  (*) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *