SULUT KOMENTAR. Rapat fasilitasi dan koordinasi penyiapan rekomendasi peninjauan kembali Border Crossing Agreement dan Border Trade Agreement ( BCA-BTA) Republik Indonesia-Philipina, di Swessbel Hotel (11/12-2019). Mendapat perhatian khusus dari Winsulangi Salindeho, Anggota DPRD Propinsi Sulut Dapil Nusa Utara.
Winsulangi Salindeho, yang hadir langsung rapat fasilitasi ini, mengingatkan kepada peserta rapat bahwa posisi daerah perbatasan adalah given, atau pemberian berharga dari Tuhan Yang Maha Kuasa bagi warga Nusa Utara sehingga patut disyukuri.
Namun pada kenyataan dilapangan , pemberian Tuhan ini, belum dinikmati untuk kesejahteraan warga perbatasan di Nusa Utara yang terdiri dari Tiga Kabupaten Kepualauan ; Sangihe, Talaud dan Sitaro.
Bahkan wilayah perbatasan ini disebutnya dengan julukan “Keterbatasan dan Pembatasan Regulasi”.
Sebagai contoh, sesuai Border Crossing Agreement (BCA) dan Border Trade Agreement (BTA) Indo- Philipina, yang ditetapkan sebagai pintu masuk adalah Pulau Marore dan Pulau Nusa Tabukan.
Persoalannya adalah potensi ekonomi di Kedua pulau ini sangat kecil bahkan tidak ada, karena hannya berupa pulau kecil dengan penduduk sangat kurang dibanding pulau besar Tahuna. Jelas Bu’ Winsu.
Maka, Bu’ Winsu mengusulkan dalam rapat fasilitasi revisi BCA-BTA, wilayah cakupan harusnya meliputi seluruh Kabuaten Nusa Utara, untuk meningkatkan nilai perdagangan antar perbatasan Dua Negara Indonesia -Philipina.
Kongkritnya, penanganan perbatasan Negara, jangan hanya prioritas pendekatan security, tetapi harus diimbangi dengan pendekatan kesejahteraan. Masalah kesejahteraan inilah yang terabaikan selama ini, harusnya sejajar antara security dan kesejahteraan.
Selain perluasan wilayah cakupan BCA – BTA, hal penting lainnya, adalah jumlah barang bawaan dan nilai maksimum transaksi agar tidak lagi dibatasi. Alasannya, dengan jalur perdagangan yang pendek, ototomatis harga murah yang menguntungkan rakyat di perbatasan.
Sebaliknya, potensi perikanan di Nusa Utara yang terkenal dengan Ikan Tuna, jika dijual ke General Santos Philipina harganya lebih tinggi jika dibandingkan harga pasaran di Kota Bitung atau Manado yang nota bene jaraknya lebih jauh. (Jansen).